Sabtu, 02 Februari 2013

WRONG FEELING


Ini adalah kesalahan terbesar yang telah aku lakukan, dan merupakan hal yang paling bodoh yang pernah terjadi selama hidupku. Entah bagaimana sikap yang harus aku tunjukan setelah kejadian kemarin, saat aku menyatakan perasaanku pada guruku sendiri. Aku bingung harus bersikap seperti apa saat berhadapan dengannya di sekolah. Bahkan aku takut jika ternyata teman-teman mengetahui bahwa aku seorang cewek bodoh yang berani menyatakan perasaan pada seorang cowok, terlebih lagi bahwa cowok tersebut adalah seorang guru.
“Vivi!!!” Ibu Yohana memanggilku dan membuyarkan semua pikiranku akan Pak Fendy.
“Iya,Bu! Ada apa?” tanyaku sambil berusaha meyakinkan Ibu Yohana bahwa aku memperhatikan pelajarannya.
“Kamu jangan melamun terus. Kamu tidak dengar,Ya? Rey memanggilmu untuk rapat OSIS!” Ibu Yohana memajukan mulutnya sambil menggelengkan kepala karena sikapku hari ini yang banyak melamun.
            “Baik,Bu! Saya izin keluar dulu, ya Bu!”
            “Hmmm!” Ibu Yohana kembali melanjutkan mengajar yang lain.
***********
            “Sorry semuanya, gue dateng telat!” Aku menyapa semua anggota pengurus OSIS.
Namun rupanya ada yang aneh dengan para anggota OSIS yang hadir saat ini. Tampak ketegangan di wajah para anggota yang hadir di ruangan OSIS.
            “Rey, ada apa ini?” aku berbisik pada Rey karena penasaran dengan keadaan yang terjadi.
            “Loe tunggu aja, nanti juga loe bakal tahu!”Rey menjawab dengan singkat.
Suasana di ruang OSIS terasa semakin tegang, apalagi Rey yang biasanya banyak bicara, namun kini dia hanya mengucap beberapa kata saja. Kami semua yang berada di ruang rapat hanya terdiam satu sama lain. Kemudian datang seorang lelaki yang bertubuh jangkung, berkaca mata, dan dia adalah orang yang tidak ingin aku temui saat ini, dia adalah Pak Fendy. Saat dia mulai memasuki ruangan, dadaku berdebar kencang. Dan yang ada dalam pikiranku adalah apakah Pak Fendy akan bersikap lain kepadaku akibat kejadian kemarin.
Aku berharap semoga Pak Fendy tidak banyak bertanya kepadaku, untuk memandangnya saja aku tidak berani, apalagi jika dia bertanya dan aku harus menjawab.
“Sekarang kita mulai rapatnya.” Sarah, sang ketua OSIS membuka acara rapat.
“Tujuan kita membahas rapat kalli ini adalah mengenai tingkah laku buruk dua orang anggota OSIS kita,yang menyebabkan nama baik kita buruk di hadapan Kepala Sekolah.” Sarah melanjutkan penjelasan rapat kali ini.
“Heny dan Vero bertengkar, bahkan sampai mereka saling memukul. Padahal masalah begitu sepele, hanya karena seorang lelaki.” Rey yang menjabat sebagai wakil ketua Osis pun membantu penjelasan permasalahannya.
Suasana rupanya semakin memanas, apalagi Heny dan Vero yang saling memandang tajam, seakan ingin mengatakan’gara-gara loe’. Namun meski pun yang lain menganggap masalah ini sangat penting, tapi bagiku masalah yang lebih penting adalah bagaimana sikap aku saat merespon setiap kata yang akan diucapkan oleh Pak Fendy kepadaku.
“Vivi, kamu punya solusi tidak untuk masalah ini?” tanya Pak Fendy yang memebuyarkan semua lamunanku tentangnya.
“Maaf,Pak. Saya belum punya saran saat ini.” Jawabku dengan sedikit kaku.
“Biasanya ide-ide kamu banyak. Kenapa sekarang jadi diam begitu?” Pak Fendy bertanya kepadaku sambil mengerutkan dahinya, seakan- akan dia membantu mengingatkanku akan kejadian yang terjadi kemarin.
“Atau kamu tidak jelas dengan permasalahannya?” Pak Fendy melanjutkan perkataannya.
“Saya dengar kok Pak. Maaf, tapi saya sedang tidak ada pendapat saat ini.” Jawabku dengan bersikap sedikit cuek.
Pak Fendy memandangiku dengan wajah yang serius dan seperti berusaha mengatakan ‘ tolong bersikap profesional, urusan pribadi jangan dibawa-bawa dalam organisasi’. Aku mengerti maksud tatapannya tersebut, dan aku berusaha untuk melupakan masalahku dengannya, serta berusaha untuk fokus pada masalah dalam organisasi.
“Begini saja,Pak. Besok kita sudah harus menggelar Pentas seni  dan yang pasti para pengurus Osis akan sibuk sekali. Permasalahan Heny dan Vero memang penting untuk dibahas, tapi mungkin saat ini yang lebih penting adalah membahas mengenai acara besok. Jika pentas seni besok sukses, setidaknya masalah antara Heny dan Vero tidak akan menjadi alasan kepala sekolah untuk menegur kita sebagai para pengurus. Tapi jika pentas seni ini gagal, masalah Heny dan Vero akan menjadi senjata utama kepala sekolah menegur keras kita semua. Jadi saya mohon kita semua bekerjasama untuk acara besok, terutama Heny dan Vero yang sama-sama sebagai seksi acara.” Aku menjelaskan sambil meyakinkan teman-teman yang lain.
Excellent! Apa yang dikatakan Vivi memang benar, jadi besok adalah penentu nama baik kita sebagai pengurus Osis.” Rey memberikan tepuk tangan yang memancing para anggota lain untuk ikut bertepuk tangan.
Sedikit pendapat yang ku keluarkan tadi, rupanya mengurangi rasa tegang yang ada di dalam ruang rapat. Termasuk pak Fendy yang tadi sempat terlihat memanas dan bersiap untuk mengeluarkan amarah kekecewaan, namun wajahnya kini tersenyum dan sangat mengerti maksud pendapatku tadi.
*****
Pentas Seni yang dinanti-nanti merupakan puncak kegiatan para anggota OSIS SMA Anak Bangsa di tahun ini. Persiapan selama empat bulan yang lalu, kini sudah harus menunjukkan penampilan yang terbaik.
Hari ini rupanya aku terlambat datang setengah jam dari waktu yang dijanjikan kemarin. Untungnya saat-saat seperti ini, bagianku belum terlalu dibutuhkan karena bagianku adalah bagian keuangan.
Saat aku memasuki ruang panitia, rupanya ada beberapa teman-temanku yang sedang menyiapkan konsumsi untuk para pengisi acara. Kemudian, aku berinisiatif untuk membantu pekerjaan teman-teman yang lain untuk membereskan kotakan-kotakan makanan yang akan diberikan setelah para pengisi acara selesai menunjukkan aksi masing-masing.
Selesai membantu seksi konsumsi, bagianku sekarang adalah untuk menjaga ruang panitia, sampai teman-teman yang lain datang dari kesibukan mereka masing-masing. Saat sedang menunggu, tiba-tiba masuk seorang cowok yang memakai sweater serta memakai topi, dan penampilannya seperti orang yang sedang menyamar agar orang-orang tidak mengenali dia. Cowok tersebut kemudian duduk di salah satu bangku yang ada di ruang panitia. Aku sebenarnya ingin bertanya siapa dia, dan mengapa masuk ke ruangan panitia, namun Nadia yang menyapa cowok tersebut pun membatalkanku niatku menyapa cowok tersebut.
“Bisa minta tolong anterin gue ke toilet,Gak?” Cowok tersebut bertanya pada Nadia.
“Waduh, aku sebenarnya masih agak sibuk.”Jawab Nadia yang langsung memandangku.
“Nah,Vivi bisa tolong antarkan dia ke toilet,Kan?”tanya Nadia kepadaku.
“Ya ampun Nad, Toiletnya itu tinggal jalan lurus aja, masa dia gak bisa pergi sendiri,sih?” jawabku karena mulai tidak menyukai cowok yang manja seperti dia.
Saat aku menjawab, Nadia dan cowok tersebut terdiam. Dan pada akhirnya Nadia lah yang mengantar cowok tersebut ke toilet.
“Ya sudahlah, tapi kamu jaga ruangannya yang bener,Ya? Jangan sampai ada barang yang hilang.” Tegas Nadia kepadaku.
Baru kali ini aku melhat ada cowok yang minta diantarkan untuk pergi ke toilet. Aku masih bertanya siapakah sebenarnya cowok tersebut, yang nampaknya dia seperti orang penting.
Tidak lama, Nadia dan cowok tersebut kembali ke ruang panitia. Rupanya tujuan cowok tadi ke toilet adalah untuk berganti pakaian. Cowok tersebut kini terlihat agak menarik, menggunakan kaus berkerah putih, dan tak lupa juga dia menggunakan handbandyang bewarna putih juga. Aku memperhatikan cowok itu secara seksama, bahkan saat dia mengeluarkan jell rambut dan menata rambutnya yang dibuat model spike.
Rupanya teman-teman yang lain selesai melakukan persiapan untuk acara yang akan dilakukan beberapa menit lagi . Satu- persatu tim panitia yang adalah para anggota OSIS masuk ke dalam ruang panitia. Dan tidak sedikit dari mereka yang menyapa cowok tersebut saat memasuki ruangan. Tampaknya cowok ini adalah idola teman-teman cewekku, karena banyak yang tebar pesona di hadapannya.
“Vero, emang dia siapa sebenarnya? Kalo dia termasuk Band tamu, kenapa datangnya sendiri?” tanyaku yang penasaran dengan cowok lebay tersebut.
“Ya ampun,Vi. Dia itu yang nanti bakal jadi MC, namanya Dhanial.” Jawab Vero yang rupanya sudah mengenal cowok yang bernama Dhania tersebut.
“Dia itu seorang penyiar radio yang terkenal di kalangan cewek-cewek. Sengaja kita undang  ke acara kita, supaya acara lebih meriah. Tahun kemarin kita mengundang dia juga.” Vero menjelaskan kembali siapa cowok tersebut.
“Oh, gitu. Pantes gue gak kenal sama dia. Gue aja baru pindah ke sekolah ini tahun ini.”
Ternyata cowok lebay yang bernama Dhanial tersebut adalah orang yang akan menjadi MC di acara ini. Pantas saja di awal dia datang, dia tampaknya menghindari keramaian, tepatnya menghindari kejaran para fansnya. Tapi satu hal yang membuatku heran, cowok itu termasuk cowok yang terlalu percaya diri, karena walaupun namanya dikenal para cewek sebagai penyiar yang lagi populer, tetapi belum tentu wajahnya dikenal juga, karena dia bekerja dibalik layar. Suatu kesan yang kurang menyenangkan di awal ku berjumpa dengan cowok ini.
******
Bagai pertempuran yang baru dimulai, kami bersiap-siap membuka acara pentas seni yang menentukan nasib kami kedepan sebagai pengurus Osis. Dhanial dan Heny yang menjadi MC pun menaiki pannggung, dan teriakan histeris para penonton menyambut pembukaan acara pentas seni tahun ini. Terlihat juga para panitia mulai sibuk mengatur jalannya acara. Mereka terlihat lebih sibuk dari sebelumnya, karena ingin menunjukkan penampilan terbaik mereka.
Acara mulai meriah saat penampilan band-band tamu memulai aksinya. Aku melihat wajah-wajah lega dari teman-teman saat melihat acara sangat meriah. Namun, berbeda bagiku, aku tidak begitu bersemangat melihat acaranya, karena sejak pagi aku tidak melihat cowok idamanku,Pak Fendy. Aku menonton acara pentas seni tersebut tanpa semangat,sampai aku menyadari bahwa Pak Fendy rupanya sedari tadi memperhatikan kami dari ruang guru yang tidak jauh dari ruang panitia. Aku juga tahu jika Pak Fendy juga memperhatikannku, karena tidak sekali padangan kami berdua saling bertemu. Andai saja waktu itu Pak Fendy menerima pernyataanku, aku sudah bisa membayangkan mungkin saat ini kami berdua bisa menonton bersama acara pentas seninya. Tetapi sangat disayangkan, Pak Fendy yang berbeda usia empat tahun denganku ini tidak memiliki perasaan yang sama terhadapku.
“Hei, boleh tahu apa nama band yang sedang main ini?” tanya Dhanial yang tiba-tiba membuyarkan lamunanku akan Pak Fendy, dan membuatku kesal padanya.
“Nama bandnya,FIND BAND” jawabku dengan ketus karena dia sangat menggangguku.
Dhanial menatapku heran, dan aku menatapnya dengan penuh kekesalan. Dhanial menatapku dengan pandangan yang mengungkapkan ‘kenapa sih loe sensitif banget sama gue?’.
Hari semakin siang, dan rupanya semangat menonton dari para penonton mulai berkurang, dan hal ini yang membuat kami sedikit khawatir akan kesuksesan pentas seni kali ini. Namun Dhanial rupanya mengerti dengan kondisi penonton yang mulai hilang semangat. Kemudian Dhanial meminta izin kepada Vero dan Heny untuk membuat sedikit selingan acara. Dhanial mengajak Jesicca yang adalah cewek idola di sekolah ini naik ke atas panggung, yang hasilnya membuat acara tambah meriah lagi. Rupanya Dhanial sangat cerdas untuk mengambil kembali suasana meriah yang sempat redup.
“Nama loe siapa?” tanya Dhanial kepada Jesicca di atas panggung.
“Jesicca”
“Gue denger katanya loe cewek idola di sekolah ini,Ya?”
“Wah, gue kurang tahu itu.” Jesicca tersenyum bangga karena predikatnya sebagai cewek idola.
“Ok, gue mau nyanyi sebuah lagu dan gue pengen loe jadi modelnya,OK?” tanya Dhanial yang membuat para penonton wanita berteriak histeris.
Meski sedikit menyebalkan, tapi sedikitnya Dhanial membuatku sedikit kagum dengan idenya. Setelah suasana kembali terkendali, aku kembali ke dalam ruang panitia untuk mengambil sedikit makanan kecil, karena perutku mulai terasa sakit. Saat berada di dalam ruang panitia sendirian, aku kembali masuk dalam lamunanku akan Pak Fendy. Aku masih bingung dengan sikapnya yang perhatian kepadaku, namun rupanya aku salah mengartikan perhatiannya tersebut.
Selesai memakan sedikit makanan kecil, aku kembali ke samping panggung. Saat aku menatap ruang guru, rupanya Pak Fendy sedang berjalan ke luar ruangan menuju gerbang sekolah, dengan kata lain Pak Fendy pulang. Setelah Pak Fendy pulang, dan membuat semangatku sedikit berkurang, tiba-tiba hujan pun turun. Rasa cemas pun muncul pada para panitia. Bayanganku akan kemungkinan kegagalan acara penting ini pun muncul.
“Hei, lihat teman-teman!”Vero menunjuk arah teman-teman yang lain yang bernyanyi sambil dibasahi air hujan.
Pemandangan yang tidak pernah aku bayangkan sebelumnya, bahwa teman-teman yang lain bersedia hujan-hujanan untuk menonton acara pentas seni. Semua para siswa-siswi bayah kuyup karena hujan, namun inilah yang menjadi keunikan pentas seni tahun ini. Ternyata ada hikmah dibalik pentas seni tahun ini, patut disyukuri karena tahun ini pentas seninya begitu unik, lain dari pentas seni yang lain, pentas seni di bawah hujan.
“Ayo semuanya, ambil gaya yang terbagus” Nadia bersiap memfoto semua panitia setelah pentas seni usai.
“Chiiirrrrrsssss” sahut kami semua pada hitungan ketiga,saat foto akan diambil.
Setelah Nadia selesai memfoto kami, saatnya giliranku untuk mengambil beberapa foto agar bisa dijadikan dokumentasi. Aku mengambil foto Rey sang ketua osis yang terlihat sangat lelah, kemudian aku mengambil gambar Vero yang sedang melamun, Heny sang MC yang sedang menguap, dan mengambil gambar wajah Dhanial yang sedang dibuat jelek.
“Kena! Foto loe bisa gue bikin jadi alat pengusir tikus di rumah gue!” Aku tertawa karena melihat hasil gambar wajah Dhanial yang sedang dipasang aneh.
Dhanial pun ikut tertawa saat melihat waahnya yang ada di dalam foto. Sejak itulah aku bisa menerima dengan baik Dhanial dan tanpa rasa jengkel. Saat kami sudah mulai akrab, rupanya Nadia memperhatikan kami berdua yang sama-sama tertawa senang. Namun tatapan mata Nadia begitu tajam melihatku. Dari tatapan Nadia kepadaku, aku tersadar jika Nadia menyukai Dhanial, dan rupanya aku membuatnya cemburu. Menyadari hal yang dirasakan Nadia, aku segera menjauh dari Dhanial. Sedikit lelah, kemudian aku mencari ruangan untukku beristirahat, dan aku memiih ruangan yang tadi digunakan oleh para pengisi acara beristirahat.
Di ruangan tersebut aku melihat seorang cowok berkacamata sedang bermain laptop. Dan  saat aku melihat cowok tersebut, rupanya wajah cowok tersebut dan Pak Fendi sedikit mirip. Melihat cowok yang ada di ruangan tersebut, aku kembali teringat dengan Pak Fendy.
“Ikut duduk,Ya?” Pamitku pada cowok berkacamata tersebut.
“OK!” jawab singkat cowok tersebut.
Pikiranku mulai penuh akan masalah Nadia dan Pak Fendy. Kemudian aku duduk bersandar ke dinding ruangan, menutup mata,dan menarik nafas panjang. Berusaha rilex menghadapi semua masalah yang ada.
Saat aku memandang ke luar ruangan, rupanya hujan sudah berhenti, dan teman-teman yang lain mulai membersihkan sampah-sampah yang ada di lapangan sekolah. Aku kemudian bangkit berdiri dari tempat dudukkku dan hendak membantu teman-teman yang lain. Namun, saat aku keluar dari pintu ruangan, aku bertabrakan dengan Dhanial yang hendak masuk ruangan, dan tanpa sengaja Dhanial mencium keningku.
Sorry!” aku dan Dhanial saling meminta maaf.
Tanpa mempedulikan kejadian tadi, aku langsung melewati Dhanial dan berlari menuju lapangan. Dari arah lapangan, rupanya sahabatku,Nadia melihat kejadian aku dan Dhanial. Belum selesai masalah yang tadi, aku sudah menambah masalah lagi kepada Nadia. Tatapan wajah Nadia lebih tajam kepadaku dibanding dengan masalah yang sebelumnya. Perasaan tidak enak pada Nadia semakin menjadi di hatiku. Aku berusaha menunjukan bahwa aku tidak menyukai Dhanial.
Seusai membereskan semua peralatan yang di gunakan untuk acara pentas seni, Sarah sang ketua osis menyatakan bahwa pentas seni tahun ini sukses besar. Rasa bangga dan puas pun tampak di setiap orang yang telah berusaha keras agar pentas seni berjalan dengan baik, terutama pada Heny dan Vero. Setidaknya pentas seni yang sukses dapat mengurangi masalah mereka berdua. Sebagai penghargaan atas kesuksesan tim panitia, ketua osis mentraktir makan kami semua. Wajah riang gembira terlihat dimana-mana, kecuali wajah Dhanial yang melamun seperti baru mendpat masalah. Tidak ingin menambah masalah yang ada, aku berusaha cuek terhadap Dhanial yang sedang duduk terdiam sendiri.
Berusaha mengacuhkan Dhanial,namun aku tidak bisa melakukannya, aku tersadar, aku takut menjadi penyebab Dhanial murung, karena sedari tadi aku cuek kepadaya, meski dia selalu menyapaku.
“Gabung sama yang lain,yuk!” ajakku pada Dhanial
“Maaf, gue lagi pengen duduk disini dulu!” tolak Dhanial dengan halus.
“Ayo, kita ketawa bareng!” aku memasang wajah sejelek mungkin dan membuat Dhanial tertawa geli.
Aku tahu, jika aku dekat dengan Dhanial, Nadia akan salah sangka lagi padaku, jadi aku putuskan untuk kembali menjauhi Dhanial,
“Dhanial, sebelum gue balik ke tempat teman-teman gue, gue boleh minta nomor handphone loe,Gak?” tanyaku.
“Minta sama Heny aja. Dia punya nomor aku.” Jawab Dhanial.
“Gue maunya minta langsung ke orang yang punyanya.” Jawabku.
“Ya sudah. Aku minta nomor loe, biar gue misscall ke nomor loe.”
Kemudian aku memberikan nomor handponeku pada Dhanial, dan kami saling bertukar nomor. Setelah mendapatkan nomornya kemudian aku pamit pergi kepadanya.
*********
Keesokan harinya, kami harus bersekolah seperti biasa. Pagi ini aku memutuskan berangkat lebih awal, karena ingin cepat-cepat bertemu dengan Pak Fendy. Aku tahu hari ini Pak Fendy tugas piket, dan yang pasti dia datang lebih awal.
Aku mencari tempat yang tepat, agar aku bisa memandang Pak Fendy diam-diam. Dan tempat yang tepat adalah di perpustakaan, karena salah satu jendela yang ada di perpustakaan ada yang langsung menghadap meja piket. Aku kemudian mengambil posisi yang enak sampai akhirnya Nadia datang mnghampiriku.
“Vivi, gue mau ngomong sama loe sebentar.” Nadia mengajakku untuk berbicara.
“Ada apa,Nad?” tanyaku penasaran pada Nadia.
“Gue pengen minta nomor handphone Dhanial,donk!”
Sikap Nadia pagi ini membuat hatiku lega. Rupanya dia tidak marah kepadaku, hanya saja aku yang terlalu berburuk sangka kepadanya.
Aku ingin tertawa karena perasaanku salah pada Nadia. Sejuta bayangan ngambil sudah kubayangan saat Nadia marah dan tidak ingin lagi berbicara kepadaku. Kemudian aku menceritakan semua perasaanku pada Nadia kemarin. Aku pikir Nadia tidak ingin lagi bicara denganku karena aku sudah mengambil kesempatan Nadia untuk dekat dengan Dhanial.
Rupanya tidak seluruhnya perasaanku salah, karena Nadia tidak memungkiri bahwa benar dia menyukai Dhanial, dan sedikit merasa cemburu kepadaku.
“Tenang Nadia, gue bakal bantuin ngejodohin loe sama Dhanial” hiburku kepada Nadia.
Thanks ya,Vi. Loe emang sahabat gue yang terbaik.” Jawab Nadia sambil memelukku.
**********
Langkah pertamaku untuk menjodohkan Nadia dan Dhanial adalah mencari informasi tentang Dhanial. Dengan bermodalkan nomor handphone pemberian Dhanial, aku berkomunikasi dengan Dhanial, dan hasilnya cukup memuaskan. Aku mendapat alamatfabecook Dhanial yang kemudian kuberikan kepada Nadia.
Beberapa hari saling berkomunikasi dengan Dhanial melalui handphone, sudah banyak hal yang kuketahui tentang cowok idaman sahabatku tersebut. Beberapa hari belakangan ini aku baru sadar, mengapa Nadia bisa menyukai Dhanial, itu karena memang Dhanial adalah orang yang enak diajak ngobrol dan bersahabat. Setiap kejadian yang ada di telepon, aku menceritakan semuanya kepada Nadia. Namun ternyata beberapa hari aku berhubungan dengan Dhanial melalui telepon, tidak disukai oleh Nadia, karena saat Nadia ingin berkomunikasi dengan Dhanial, Dhanial sama sekali tidak merespon Nadia, dan hal itulah yang membuat Nadia sedikit sakit hati.
Hari berikutnya aku mencari informasi tentang Dhanial melalui facebooknya. Aku sedikit kagum dengannya saat membaca info tentang dirinya. Selain penyiar dan MC, Dhanial juga adalah seorang vokalis dan model. Pantas saja semua wanita banyak yang menyukainya.
**********
Pagi hari aku terbangun lebih awal, karena mimpiku yang aneh. Entah disebut mimpi indah atau mimpi buruk, aku bermimpi tentang Dhanial. Aku teringat kata-kata temanku waktu SMP dulu, jika kita memimpikan seseorang, berarti kita sedang memikirnya. Aku bingung, apa yang aku pikirkan tentang Dhanial,dan dalam hal apa aku harus memimpikannya.
Di sekolah, aku dan Nadia saling bersikap dingin, dan aku tidak tahu mengapa sikap aku pagi ini jadi berubah kepada Nadia.
“Ada apa,Vi? Tumben gak menyapa Nadia?” tanya Indah,teman sekelasku.
“Ndah, loe pernah nyomblangi orang,Gak?” tanyaku.
“Gue pernah. Tapi sekarang gue gak mau lagi jadi mak comblang, gue kapok.” Jawab Indah.
“Kenapa kapok?” tanyaku penasaran.
“Soalnya gue malah suka sama cowok yang mau gue comblangin.”
Sedikit penjelasan Indah, membuatku tersadar jika aku terlalu jauh untuk mengetahui pribadi Dhanial. Tapi mana mungkin aku menyukainya, karena saat ini perasaanku hanyalah untuk Pak Fendy.
“Gue mau tanya lagi. Kalo kita suka sama cowok tapi di suasana berbeda kita menyukai cowok lain? Maksudnya begini, misalnya loe lagi suka banget sama Joe”
“Ikh, nggak banget,dech!” Indah merespon dengan tidak enak contoh masalahku.
“Ini kan masih misalnya. Misalnya loe suka sama Joe, tapi suatu saat loe ketemu sama cowok baru, misalnya Andre. Nah, loe itu malah lebih kenal Andre dari pada Joe yang loe suka duluan.”
“Hmmmm. Gue sedikit susah mencerna kata-kata loe. Tapi gue ngerti intinya, maksudnya menyukai dua cowok dalam waktu bersamaan?” Indah menegaskan.
“Iya.”
“Vi, kagum,sayang,suka,dan cinta itu hampir mirip. Loe harus pinter aja ngebedainnya. Disini logika loe harus main, jangan main pake perasaan mulu.” Jawab Indah dengan bijaksana.
Sedikit penjelasan dari Indah memberikan gambaran perasaanku saat ini. Perasaan kepada Pak Fendy mungkin karena aku kagum, begitu juga dengan Dhanial.
********
Keesokan harinya, rupanya Nadia sudah menemukan cowok yang benar-benar dia suka, perasaan Nadia kepada Dhanial juga sama sepertiku, hanya rasa kagum saja.  Aku sekarang lebih waspada lagi menilai perasaanku terhadap seorang cowok. Dan satu hal lagi yang membuat penyesalan di dalam hidupku, yaitu aku sudah merendahkan diriku sendiri dihadapan Pak Fendy karena aku yang salah menilai perasaan. Mulai sekarang hati dan logikaku harus berjalan seimbang dalam menilai perasaan.

THE END

Tidak ada komentar:

Posting Komentar